Living in The Moment, Preparing for The Future..

Sabtu, 04 Juni 2011

11.24 Posted by Arie No comments Posted in
Posted by Arie on 11.24 with No comments | Categories:
Bulan Rajab merupakan starting awal untuk menghadapi Bulan Suci Ramadhan. Subhanallah, Rasulullah saw. menyiapkan diri untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan selama dua bulan berturut sebelumnya, yaitu bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Dengan berdoa dan memperbanyak amal shalih.

Tgl 13 juni kemarin merupakan awal 1 Rajab 1431H. Bulan Rajab adalah salah satu dari Empat Bulan Haram atau yang dimuliakan Allah swt. (Bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab).

Allah swt berfirman:



“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” At Taubah: 36

“Ya Allah, Jadikanlah bulan ini kepada kami dalam kondisi aman dan hati kami penuh dengan keimanan, dan jadikanlah pula bulan ini kepada kami dengan kondisi selamat dan hati kami penuh dengan keislaman. Rabb ku dan Rabb mu Allah. Bulan petunjuk dan bulan kebaikan.”

(HR. Turmudzi)

Shaum dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia lainnya hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah aw. Bersabda: “Puasalah pada bulan-bulan haram (mulya).” Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad.

Rasulullah saw. juga bersabda: “Kerjakanlah ibadah apa yang engkau mampu, sesungguhnya Allah tidak pernah bosan hingga kalian bosan”.

“Allaahumma Baarik Lana Fii Rajaba Wa Sya’baana, Wa Ballighna Ramadhaana. “Ya Allah, berilah keberkahan pada kami di dalam bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.”

Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW, sekaligus peristiwa runtuhnya khilafah Islamiah yang terjadi 3 Maret 1924 silam adalah 2 peristiwa penting yang juga terjadi di bulan Rajab.



Sejak runtuhnya khilafah Islamiah tersebut, kondisi kehidupan menjadi carut marut. Hampir semua sisi kehidupan masyarakat dikuasai sistem kapitalis. Penguasaan dan pengaturan inilah yang menimbulkan berbagai macam kerusakan. semua aspek dan sistem dalam sistem kapitalisme dirancang untuk, mengeksploitasi sumber daya alam di seluruh dunia serta akan menghasilkan berbagai pertentangan, kekacauan dan diskriminasi. Jadi wajar akan kita temui berbagai penderitaan di sana-sini. Oleh karena system yang kita gunakan bukanlah system yang datang dari pencipta sekaligus pengatur manusia.



Mulai dari masalah ekonomi, social, hukum, pendidikan, hingga masalah yang menyangkut kesahatan dan perumahan, tingginya biaya pendidikan yang di barengi dengan rendahnya tingkat pendidikan, sehingga hanya orang kaya sajalah yang bisa menikmati pendidikan, kemiskinan yang di tandai semakin jauhnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin, semakin banyak perguruan-perguruan tinggi yang menghasilkan pengangguran oleh karena lapangan kerja yang sulit, tingkat depresi masyarakat yang luar biasa disebabkan oleh meningkatnya harga sandang dan pangan, Pornografi pornoaksi tumbuh subur di tengah-tengah kita, seks bebas, narkoba dan aborsi adalah pilihan remaja saat ini. Aset-aset penting untuk Negara tergadaikan ke tangan-tangan Asing. Penjajahan fisik dan psikis dimana-mana. Belum lagi selesai semua permasalahan diatas kita di buat sesak dengan perilaku bejat para pemimpin negeri-negeri muslim tdk terkecuali di Indonesia. Inilah dampak dari penerapan aturan buatan manusia. Sehingga sudah saatnya kita mengakhiri semua penderitaan ini dengan kebali kepada Allah, kembali kepada Pemilik hidup dan kehidupan ini. Cukuplah DIA sebagai pengatur dalam semua aspek kehidupan kita. Syariah Allah adalah jawaban dari semua persolan yang ada.



Telaah yang mendalam dan jernih terhadap realitas umat di seluruh dunia akan membuka tabir tentang berbagai hal yang merintangi umat Islam dalam perjuangannya menuju tegakknya Syariah Allah dalam bingkai Daulah Khilafah. Diantara rintangan-rintangan tersebut :

1) Masih bercokolnya hokum-hukum Barat sekuler di tengah-tengah umat. Serta terabaikannnya ideology Islam dan makna yang benar dari kalimat syahadat “ laa ilaaha illa Allah Muhammadur Rasulullah”. Islam berhasil di reduksi hingga ke tingkat agama ritual, spiritual sekaligus personal semata. Bukan lagi di kenal sebagai sebuah ideology yang bersifat universal yang menawarkan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia.

2) Adanya sekat-sekat yang memisahkanumat islam yang satu dengan yang lainnya. Sekat-sekat beracun yang bernama “Nasionalisme”

3) Factor utama yang merintangi adalah adanya para penguasa muslim yang dzolim dan berlaku khianat kepada umat muslim, yang sejatinya mereka bekerja sebagai antek-antek, boneka dan jongos para penjajah kafir barat.



“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (TQS. at-Taubah [9]: 32-33)



“Sungguh perkara (agama) ini akan sampai ke seluruh dunia sebagaimana sampainya malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun, baik di tengah penduduk kota atau di tengah penduduk kampung, kecuali Allah akan memasukkan agama ini ke dalamnya dengan kemuliaan yang dimuliakan dan kehinaan yang dihinakan; kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghinakan kekufuran (HR. Ahmad).

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa (TQS. an-Nûr [24]: 55)



sebagai sbuah gerakan politik, HT sangat menyadari benar pentingnya kesadaran umat. Dukungan umat dlm perubaan politik mutlak adanya. Tanpa dukungan masyarakat, mustahil perubahan dapat dilakukan. Dukungan ini hanya mungkin lahir bila umat menyadari betapa rusaknya keadaan masyarakat saat ini, serta tatanan pengganti seperti apa yang harus diperjuangkan dan bagaimana cara perubahan itu dilakukan.



Maka dari itu, HT telah sejak awal melakukan proses penyadaran itu. Bahkan HT menjadikan hal itu sebagai kegiatan atau amal dakwah utama dalam tahapan dakwah yang dijalani. Dalam tahapan ini dengan berbagai uslub (cara) dan wasilah HT melakukan pembinaan umat. Tujuannya untuk terbentunknya kesadaran umum dan kesadaran politik di tengah-tengah umat. Acara-acara besar seperti KKI, MUN, MMI dan Konferensi Rajab -yang insyaalloh akan dilaksanakan estafet selama bulan Juni di 29 Kota- serta acara-acara serupa pada masa mendatang adalah cara dan sarana yang ditempuh oleh HTI dalam proses penyadaran umat.



Konferensi Rajab adalah salah satu upaya penyadaran umat juga. Apalagi dalam situasi genting seperti sekarang ini –saat umat tengah hidup dalam berbagai persoalan kronis- forum besar itu nanti akan menegaskan bahwa pangkal semua problem itu adalah bobrokya Ideology Capitalism yang saat ini mendominasi dunia termasuk Indonesia. Solusinya tidak lain dengan mencampakkan ideology busuk tersebut dan mnggantinya dengan system yang bersumber dari sang Pencipta. Itulah Syariah ISLAM. Aturan dari Allah ini tentu akan bisa memberikan rahmat (kesejahteraan, keadilan, kedamian dan ketentraman) bagi semua pihak bukan saja jaminan untuk yang muslim yang non muslimpun bisa merasakan rahmat dari penerapan system Islam. Hanya rahmat Allah akan di limpahkan ke bumi jikalau kita benar benar beriman kepadaNya, benar-benar menggunakan dan menerapkan aturannya secara sempurna, secara kaffah tanpa mendiskriminasikan sebagian ayat2 Allah. Penegakkan syariah Islam tidak akan pernah sempurna jika tidak ada penjaganya. Siapakah penjaga itu ? dialah KHILAFAH Islamiyah. Khilafah adalah janji Allah dan bisyaroh Rasulullah. Itulah mengapa tajuk Konferensi Rajab adalah “Hidup Sejahtera Dibawah Naungan Khilafah”

Konferensi ini diselenggarakan dari timur hingga barat wilayah Indonesia. Mulai dari aceh hingga papua. Allahu Akbar. Gema takbir telah di mulai hari kamis kemarin bertepatan tanggal 1 rajab bertempat di Banjarmasin. Konferensi ini akan terus bersahutan hingga sampai puncaknya di Jakarta tanggal 29 juni nanti.



“Islam sudah memerintahkan agar kita bersatu. Namun sejak runtuhnya khilafah Islamiah itu, umat islam terpecah menjadi 55 bagian. Semoga dengan acara ini kembali, kita tergugah untuk membangun kembali peradaban Islam dalam bingkai khilafah,” sebagaimana yg dulu pernah di contohkan kepada kita.

Tuhan kita 1, Allah Swt

Rasul kita 1, Muhammad Saw

kitab kita 1, Al-qur'an

Kiblat kita juga 1, Ka'bah

Sudah seharusnya kepemimpinan kita juga 1...Daulah khilafah ISlamiyah...



Di bulan Rajab pula, dulu Khilafah Utsmani runtuh. Bukan untuk meratapi momen menyedihkan itu, sebaliknya Konferensi ini diadakan untuk memompakan semangat dan optimisme akan keberhasilan perjuangan penegakan kembali syariah dan Khilafah. Tentu perjuangan ini memerlukan kesungguhan, keikhlasan dan dukungan umat. Dan dukungan itu makin nyata. Diantaranya akan terlihat melalui antusiasme peserta Konferensi. Insya Allah.

Untuk itu keberhasilah acara ini tentu tidak akan pernah lepas dari jerih payah pejuang-pejuangnya yang ikhlas. Selalu ada pengorbanan untuk sebuah kebaikan. Sejenak marilah kita melihat bagaimana iklasnya generasi-genersi terbaik umat ini, yang mengorbankan waktunya, dirinya, keluarganya, hartanya bahkan jiwanya untuk membantu perjuangan Rasulullah Saw.



Mari Belajar dari perang Mu’tah :

Suatu ketika Rasulullah Saw berpesan kepada para pasukan Islam yang hendak berangkat pada perang Mu’tah. Beliau bersabda :

“Yang bertindak sebagai Amir (pemimpin) adalah Zaid bin Harits. Apabila Zaid gugur, ja’far bin Abi Thalib penggantinya. Apabila ja’far gugur, Abdullah bin Rawahah penggantinya (HR. Bukhari).”

Rasulullah Saw. menyerahkan bendera putih yang bertuliskan kaliamt Allah “laa ilaaha illa Allah, Muhammad ar Rasulullah kepada Zaid bin Harits. Berangkatlah beliau sebagai panglima pertama pada perang Mu’tah. Pasukan kaum Muslimin yang saat itu berjumlah 3.000 orang bertempur melawan pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak dari mereka yaitu 200.000. Tidak ada rasa gentar sedikitpun di dalam hati-hati kaum muslimin ketika harus berhadapan dengan pasukan romawi yang jumlahnya berlipat ganda dari jumlah pasukan mereka.

Pekikkan takbir mengawali pertempuran. Zaid maju ke medan perang dengan gagah berani hingga akhirnya syahid di jalan Allah. Bendera putih yang bertuliskan kalimat Allah tadi, segera di sambar oleh Ja’far bin Abi Thalib ra. Sepupu rasulullah ini begitu hebat. Beliau memperjuangkan Islam sampai darah terakhir. Tidak kurang dari 90 luka pada bagian tubuhnya. Tusukan pedang dan anak panah tidak membuatnya lemah. Beliau terus menggenggam bendera putih itu dengan tangan kanannya hingga musuh menebas tangan kanannya. Benderapun terjatuh. Beliau ambil bendera itu dengan tangan yang tersisa. Musuhpun menyambar tangan kiri ja’far dengan pedang hingga terputus (allahu Akbar). Dalam kondisi yang seperti ini, tidak membuatnya surut dan merasa lemah dari pertempuran. Beliau rangkul bendera itu dengan dadanya hingga akhirnya beliau gugur sebagai seorang syuhadah . Sesuai dengan pesan Rasulullah Abdullah bin Rawahah segera menunaikan amanahnya, dengan menjaga agar bendera Rasul tetap berkibar. Namun, saat Abdullah bin Rawahah ingin melangkah kemedan pertempuran, terbersit sebuah keraguan di dalam hatinya. Seketika beliau terdiam. Tetapi subhanallah...keraguannya tak lama, dengan suara lantang ia menepis keraguannya dengan mengucapkan : wahai diriku, aku bersumpah engkau harus terjun ke medan perang. Engkau harus terjun ke kancah perang atau aku akan memaksamu terjun. Manusia telah berkumpul dan mengeraskan teriakkan. Namun, mengapa kulihat engkau benci kepada seruan surge ? sudah sekian lama engkau berada dalam ketentraman bukankah engkau hanya setetes air mani di tempat ini ??

Abdullah bin Rawahah lalu maju berperang dengan seluruh kemampuannya yang menjadikan beliau mendapatkan satu dari keutamaan diantara dua (mati syahid)



Setelah mendengar itu kemudian Rasulullah bersabda :

“bendera perang dipegang zaid bin Harits kemudian dia bertempur hingga gugur sebagai syahid, lalu bendera perang diambil alih ja’far bin Abu Thalib, kemudian ia bertempur hingga gugur syahid’. Rasulullah diam hingga wajah orang-orang Anshar berubah dan menyangka telah terjadi sesuatu yang tidak mereka sukai pada Abdullah bin Rawahah. Rasulullah bersabda lagi, “kemudian bendera perang di ambil alih oleh Abdullah bin Rawahah, lalu dia bertempur hingga gugur sebagai syahid’ Rasulullah bersabda lagi, Dalam mimpiku, aku melihat mereka di angkat ketempatku di surge diatas singasana dari emas. Aku melihat singasana Abdullah bin Rawahah miring dari dua sahabatnya. Seorang bertanya, kenapa singasana Abdullah bin Rawahah miring ? Dikatakan kepadaku, Zaid bin Harits dan Ja’far bin Abu Thalib bertempur tanpa Ragu, sedang Abdullahbin Rawahah agak ragu-ragu, kemudian dia bertempur.

Subhanallah . . .Abdullah bin Rawahah, sahabat Anshar yang pertama kali masuk Islam, empunyai sedikit saja keraguan dalam dirinya dalam mempertahankan bendera Tauhid Rasulullah “Laa ilaaha illa Allah”, lantas singasananya miring. Bagaimana dengan Kita ???



Bukankah kita telah berjanji kepada Allah ??? bahwa kita adalah seorang muslim, dan kepada Allah sajalah satu-satunya kita menyembah. Bahkan sebahagian dari kita telah berjanji untuk menjadi Penjaga Islam yang Amanah, yang terpercayai dan kredibel.



Mari bercermin dari Sa’ad bin Abi waqqash, Khalid bin Walid, Shalahuddin al-ayyubi, Sulaiman alqonuni dan Muhammad Al-Fatih dan perjuangan sahabat2 lainnya sebagai bentuk kecintaan mereka kepada Allah, Rasulnya dan agama ini.

Di antara orang-orang mukmin itu ada yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka tidak mengubah janjinya (TQS. Al-Ahzab :23)


Mari sukseskan Konferensi Rajab sebagai bentuk kepedulian kita kepada umat....

sumber : http://www.facebook.com/notes/putri-firdayanti/arti-sebuah-konferensi-rajab-/10150201276181247

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark Us

Delicious Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search