Living in The Moment, Preparing for The Future..

Senin, 22 November 2010

14.31 Posted by Arie No comments Posted in

Jalaludin Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 M. Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (Turki) yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, seorang ulama masyhur bermadzhab Hanafi. Sedangkan Ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Bahaudin Walad digelari Sulthanul Ulama disebabkan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya. Namun rupanya gelar tersebut menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Mereka pun membuat fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru berusia lima tahun. Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Suatu ketika ada salah seorang ulama dan tokoh sufi, Fariduddin Attar, berjumpa dengan Rumi yang waktu itu masih berusia 5 tahun, ia meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu memang terbukti. Raja Konya, Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Beliau baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar di perguruan tersebut.

Rumi menggantikan ayahnya sebagai guru di Konya, setelah Burhanuddin wafat ketika Rumi berusia 24 tahun (di Konya). Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, beliau juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu banyak tokoh ulama yang berkumpul di Konya. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi dari kota Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba-tiba seorang lelaki asing, yakni Syamsi Tabriz, ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu
Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat
pada sasarannya. Beliau tidak mampu menjawab. Akhirnya Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, beliau mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.”

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan Syams Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa hidupnya beliau berhasil menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Bahkan Masnavi sering disebut Qur’an Persia. Karya
tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat
baris dengan jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah. Thariqat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy yang berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut thariqat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, tengah menderita sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan, “Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga yang kafir dan pahit.”

Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember 1273 dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para pengikut Thariqat Maulawiyah masih memperingati tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau.

Referensi : http://penyair.wordpress.com/2007/03/29/biografi-jalaludin-rumi/

Kamis, 18 November 2010

09.38 Posted by Arie No comments

Namanya Fahma Waluya Rosmansyah, umurnya baru 12 tahun, namun di usia yang terbilang sangat muda dia pantas dinobatkan sebagai developer termuda asli Indonesia. Aplikasi edutaiment-nya yang bernama BAHANA, sukses diunduh di 75 negara melalui Ovi Store.

Jika dilihat sekilas, tidak ada yang berbeda dari bocah kelahiran Bandung, 27 Mei 1998 ini, namun ketika sudah mengenalnya lebih jauh, barulah diketahui bahwa anak ini memiliki kemampuan istimewa. Bahkan ketika okezone berbincang dengannya, dengan lugas dia memaparkan dengan bahasa Inggris yang lancar.

Berikut petikan wawancara okezone dengan Fahma, di acara Nokia Developer Metter, di Hotel Grand Mahakam, Jakarta, Selasa (16/11/2010).

Bagaimana awalnya bisa tertarik untuk membuat aplikasi?

Aku sebenarnya sejak umur 3 tahun sudah mengoprek komputer dan kebetulan aku suka menonton film-film kartun seperti Spongebob. Dari situ aku bertanya sama ayahku, gimana sih caranya kok gambar di kartun bisa bergerak? Sama ayah dikasih tahu kalau ini menggunakan Adobe Flash. Ya, sudah dari situ mulai buat gambar-gambar bergerak pakai Flash.

Lalu bisa membuat aplikasi BAHANA, bagaimana awal mulanya?

Aplikasi BAHANA itu, aplikasi pertama aku yang juga sudah masuk ke Ovi Store. Idenya sih dari keinginan aku untuk membuat game yang bisa mengajarkan adikku untuk mengenal bahasa Inggris. Aku yang membuat ide cerita dan gambarnya.

Kenapa game edutaiment dan untuk ponsel?

Pertama, semua anak-anak menyukai game. Kedua, saat ini banyak game yang aku lihat banyak yang tidak sesuai dengan umurku. Banyak darah, adegan berantem, dan banyak gambar pisau atau senjata. Dan apalagi saat ini aku baru tahu, kalau ada 5 miliar ponsel yang terjual di seluruh dunia.

Saat ini sudah ada berapa aplikasi lagi?

Sudah ada 12 aplikasi, termasuk aplikasi BAHANA. Tapi, saat ini belum aku kerjain semua seperti BAHANA. Aku masih harus ngerjain tugas-tugas sekolah.

Biasanya kalau membuat aplikasi selalu pakai Adobe?
Kadang aku memakai Adobe Flash CS3. Sesekali sih pakai software yang bisa untuk membuat animasi bergerak 3 dimensi.

Suka main game online juga?


Gak begitu sih. Apalagi yang banyak adegan kekerasannya. Kadang-kadang aku suka dibilang kuper (Kurang Pergaulan), kalau aku gak ikutan main game. Tapi sih aku biasa aja.

Kalau sudah besar mau jadi apa?

Mau jadi dosen elektro kayak bapak.

Inikan aplikasinya dah diunduh diseluruh dunia. Nanti pilih mana menjadi orang terkenal atau cari uang?
Jadi orang terkenal saja. Biar bisa banyak temannya.
Developer Cilik, Antara Aplikasi dan Sekolah - techno.okezone.com

Sabtu, 13 November 2010

10.03 Posted by Arie No comments Posted in
Y! Newsroom - Jumat, 12 November

Belakangan ini perangkat komputer tablet mulai masuk ke Indonesia. Dengan mudah kita temukan iklannya di billboard, koran dan juga majalah. Perangkat bergerak dengan kemampuan luar biasa ini mulai menjadi fenomena ketika Apple merilis produk tablet iPad.

Semenjak itu sejumlah orang, terutama di Jakarta, mengutarakan keinginannya untuk memiliki iPad. Tak lama setelah diluncurkan di Amerika, iPad-pun mulai terlihat di beberapa tempat di Jakarta.

Dan kini, saya lebih sering melihat orang menggunakan iPad di Jakarta daripada di Singapura dan kebanyakan diantaranya membeli iPad di Singapura karena belum dirilis secara resmi di Indonesia.

Setelah fenomena iPad, berbagai produsen lain pun mulai perlahan memasuki arena pertarungan komputer tablet dengan berbagai macam fitur unggulan. Bahkan beberapa minggu lalu, 1000 unit komputer tablet habis terjual dalam waktu 3 jam di sebuah bilangan mal di daerah Senayan.

Antusiasme pecinta gadget di Jakarta sepertinya luar biasa dalam menyambut kehadiran perangkat komputer mobile ini. Benar-benar sebuah pasar yang bergairah. Dan tentu saja, para vendor mulai melirik Indonesia sebagai pasar yang amat potensial untuk produk gadget terutama komputer tablet.

Indonesia memang memiliki hubungan khusus dengan perangkat bergerak, mulai dari populernya laptop pada tahun 2006 keatas, perangkat telepon pintar tahun 2009 ke atas dan kini ada kemungkinan 2011 menjadi tahunnya komputer tablet di Indonesia.

Perangkat statis seperti komputer desktop sendiri tidak begitu populer di kalangan end-user di Indonesia, justru selalu lebih memilih perangkat yang mobile daripada yang statis.

Dan selain perangkat besutan Apple, kini berbagai vendor mulai melirik Android sebagai salah satu alternative yang terus mengejar ketertinggalannya dengan iOS dari sisi fitur, kecepatan dan efektifitas serta efisiensi perangkat.

Dan, berhubung Android merupakan proyek Open Source, maka bisa membantu vendor untuk menekan harga untuk lisensi OS dan fokus di membangun perangkat keras yang lebih baik. Harganya pun bisa bervariasi tergantung dari perangkat keras di dalamnya, strategi yang hampir sama dengan perangkat telepon berbasiskan Android.

Satu hal yang pasti, tahun depan Apple iPad akan menghadapi persaingan yang keras dari vendor lain seperti Samsung, Sony, HP dan masih banyak lagi yang berniat untuk terjun ke arena persaingan komputer tablet. Sebuah persaingan bisnis kelas dunia yang pastinya akan makin memanas dan layak untuk diperhatikan.

Rama Mamuaya

sumber : http://id.news.yahoo.com/yn/20101112/ttc-2011-tahun-komputer-tablet-a205e32.html

Kamis, 11 November 2010

14.53 Posted by Arie No comments

Bookmark Us

Delicious Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search